SENTANI, KP - Bandara Internasional Sentani di Jayapura menjadi pusat pelaksanaan latihan penanggulangan keadaan darurat selama dua hari pada 8 dan 9 Oktober 2025. Agenda ini mencakup kegiatan Airport Emergency Committee (AEC), Airport Security Committee (ASC) ke-III, serta latihan tanggap darurat terbatas atau Partial Exercise dan Airport Contingency Exercise. Seluruh rangkaian dipimpin General Manager Angkasa Pura Bandara Sentani, I Nyoman Noer Rohim, dan diikuti sekitar 50 peserta dari berbagai unsur, termasuk Satgas Korpasgat, TNI-Polri, SAR, Avsec, dan sejumlah pemangku kepentingan bandara lainnya.
Kegiatan diawali dengan pengarahan dan penyampaian materi di Aula Lantai 3 Kantor Angkasa Pura. Materi yang dibahas berlandaskan regulasi internasional dan nasional, mulai dari ICAO Annex 14 hingga Doc 9137 Parts 1, 5, dan 7, serta ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009, PM 83 Tahun 2017, dan KM 39 Tahun 2024 yang mengatur Program Keamanan Penerbangan Nasional. Dalam sambutannya, General Manager menekankan bahwa latihan ini dilaksanakan secara rutin sesuai mandat regulator, dengan tujuan memastikan kesiapan seluruh unsur dalam menghadapi situasi darurat di lingkungan bandara. Ia menegaskan bahwa keamanan, keselamatan, dan kelancaran operasional harus menjadi prioritas dalam setiap skenario tanggap darurat.
Setelah sesi materi, peserta melakukan peninjauan lapangan ke Dermaga Apung Yabaso sebagai bagian dari simulasi Partial Exercise. Peninjauan itu mencakup berbagai titik penting yang menjadi elemen utama dalam penanganan keadaan darurat, seperti Rendezvous Point, Emergency Operation Center, Greeters and Meeters Room, Passenger Holding Area, Staging Area, dan Isolated Area. Seluruh lokasi tersebut dijelaskan berdasarkan rencana tanggap darurat yang telah disusun sebelumnya oleh pihak bandara.
Dukungan dari Satgas Korpasgat turut disampaikan melalui kehadiran Mayor Pas Agil Gilan Gumelar selaku Kasi Operasi. Ia menyatakan bahwa keterlibatan Satgas dalam latihan ini merupakan bentuk komitmen untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi gangguan keselamatan penerbangan, terutama di wilayah Papua yang menjadi wilayah tugas strategis. Menurutnya, koordinasi lintas instansi dalam latihan semacam ini sangat diperlukan untuk memastikan respons cepat dan tepat saat situasi genting terjadi.
Pada hari kedua, kegiatan berlanjut dengan Table Top Exercise yang kemudian disusul pelaksanaan simulasi lapangan terbatas dan latihan kontinjensi bandara. Fokus utama dari rangkaian ini adalah menguji koordinasi, kecepatan komunikasi, dan respons seluruh unsur terkait dalam menghadapi potensi keadaan darurat penerbangan.
Melalui keterlibatan berbagai unsur keamanan, penyelamatan, dan operasional bandara, latihan ini menjadi langkah konkret menjaga standar keselamatan penerbangan di Bandara Internasional Sentani. Kolaborasi antarinstansi dianggap sebagai fondasi penting dalam menyiapkan sistem respons yang adaptif, terukur, dan selaras dengan regulasi yang berlaku.(*/Red)

