Post Top Ad

Kombis

Teknologi

Post Top Ad

BiogreenfillKombisPontianak

Biogreenfil, Terobosan Hijau dari Kalbar Ubah Limbah Bauksit Jadi Pupuk Ramah Lingkungan

PONTIANAK, KP – Sebuah inovasi lahir dari tanah Kalimantan Barat, membawa harapan baru bagi dunia pertanian dan pengelolaan limbah industri. Melalui penelitian yang dimulai sejak tahun 2022, tim peneliti lokal berhasil mengembangkan sebuah pupuk cerdas bernama Biogreenfil, yang memanfaatkan residu bauksit limbah industri pengolahan alumina sebagai bahan baku utamanya.
 


Proyek penelitian ini merupakan hasil kolaborasi lintas sektor yang didukung oleh program Matching Fund Kedaireka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Residu bauksit dipilih bukan tanpa alasan. Material ini memiliki pH tinggi, sekitar 10 -11, dan volumenya sangat besar—bahkan mencapai dua pertiga dari total bahan baku yang digunakan dalam pengolahan bauksit menjadi alumina. Selama ini, residu tersebut kerap menjadi beban lingkungan karena tidak dimanfaatkan secara optimal. Namun melalui pendekatan ilmiah dan inovatif, residu ini justru disulap menjadi bahan bernilai tambah.

Biogreenfil dikembangkan sebagai pupuk berbasis material superabsorban suatu jenis material yang mampu menyerap dan menyimpan unsur hara lebih lama. Peneliti utama proyek ini, Dr. Sulakhudin, menjelaskan bahwa material tersebut diperoleh dari hasil modifikasi biochar dengan fraksi klei. Tujuannya adalah agar pupuk mampu mempertahankan nutrisi di dalam tanah, terutama pada wilayah dengan curah hujan tinggi seperti Kalimantan Barat, sehingga unsur hara tidak cepat tercuci.

Menariknya, formula awal Biogreenfil menggunakan lumpur laut sebagai sumber fraksi klei. Namun seiring pengembangan, lumpur laut disubstitusi dengan residu bauksit karena dinilai lebih ekonomis, mudah diakses, dan berpotensi besar mengurangi limbah industri. Substitusi ini menjadi langkah strategis yang tidak hanya menekan biaya produksi, tetapi juga menghadirkan solusi lingkungan bagi industri pengolahan alumina yang selama ini kesulitan mengelola tumpukan limbah bauksit.

Hasil uji coba di berbagai jenis tanah, termasuk tanah mineral dan gambut, menunjukkan bahwa Biogreenfil mampu meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman, terutama pada tanaman jagung. Namun, pupuk inovatif ini belum dilepas secara komersial karena masih menunggu regulasi resmi dari pemerintah terkait pemanfaatan residu bauksit sebagai bahan baku produk pertanian.

Meski demikian, petani yang berminat sudah dapat menghubungi Universitas Tanjungpura (Untan) secara langsung untuk mendapatkan pupuk ini dalam jumlah terbatas. Biogreenfil hadir bukan hanya sebagai produk hasil riset, tetapi juga sebagai simbol dari semangat kolaborasi antara ilmu pengetahuan, industri, dan keberlanjutan lingkungan.

Keberhasilan ini menegaskan bahwa limbah industri, yang selama ini dianggap sebagai beban, sebenarnya bisa menjadi sumber daya baru jika dikelola dengan pendekatan inovatif. Dalam konteks pertanian berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya alam, Biogreenfil memberi kita pelajaran penting: bahwa solusi terbaik sering kali lahir dari keterbatasan yang didekati dengan tekad dan kecerdasan.(*/Red)

Baca Juga

Post Top Ad