JAKARTA, KP - VIDA, penyedia solusi identitas digital dan pencegahan fraud berbasis kecerdasan buatan (AI) terkemuka di Indonesia, kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat kepercayaan digital nasional.
Dalam ajang Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) dan Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) 2025 yang digelar di Jakarta pada 31 Oktober lalu, VIDA menghadirkan inovasi autentikasi berbasis AI untuk mencegah penipuan digital yang kian marak di era transformasi teknologi.
Dalam sesi Casual Talk 2 bertajuk “Digital Trust for a Resilient Economy”, Founder & Group CEO VIDA, Niki Luhur, menyoroti bahwa ancaman digital modern kini tidak hanya menyangkut aspek teknologi, tetapi juga manipulasi terhadap manusia melalui praktik seperti phishing dan account takeover.
Dalam sesi Casual Talk 2 bertajuk “Digital Trust for a Resilient Economy”, Founder & Group CEO VIDA, Niki Luhur, menyoroti bahwa ancaman digital modern kini tidak hanya menyangkut aspek teknologi, tetapi juga manipulasi terhadap manusia melalui praktik seperti phishing dan account takeover.
“Teknologi deepfake kini sudah mencapai titik di mana sulit membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Karena itu, lembaga seperti VIDA sebagai Certificate Authority (CA) memegang peran penting dalam menjaga integritas identitas digital dan memastikan data serta transaksi tidak bisa dipalsukan,” jelasnya.
Niki juga mengungkap fenomena baru dalam dunia siber yang dikenal sebagai scan-as-a-service sebuah jaringan penipuan terorganisir yang menyediakan akses ke jutaan akun digital.
Niki juga mengungkap fenomena baru dalam dunia siber yang dikenal sebagai scan-as-a-service sebuah jaringan penipuan terorganisir yang menyediakan akses ke jutaan akun digital.
Ia mencontohkan kasus di Latvia, di mana ditemukan device farm yang digunakan oleh 15 ribu pelaku penipuan untuk mengakses hingga 48 juta rekening digital. Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa kejahatan digital kini beroperasi layaknya korporasi, dengan sistem kerja yang rapi dan dukungan infrastruktur canggih.
Merespons ancaman tersebut, VIDA menghadirkan solusi autentikasi inovatif bernama FaceToken dan PhoneToken. Kedua teknologi ini menggunakan sistem biometrik dan machine learning yang memungkinkan proses verifikasi identitas tanpa kata sandi (passwordless authentication).
Merespons ancaman tersebut, VIDA menghadirkan solusi autentikasi inovatif bernama FaceToken dan PhoneToken. Kedua teknologi ini menggunakan sistem biometrik dan machine learning yang memungkinkan proses verifikasi identitas tanpa kata sandi (passwordless authentication).
Dengan deteksi wajah (liveness detection) serta integrasi perangkat pengguna yang terdaftar, sistem ini memastikan transaksi digital berlangsung cepat, aman, dan nyaman. Penerapan teknologi VIDA di sektor keuangan bahkan berhasil menurunkan angka transaksi tidak sah hingga 90%.
VIDA juga mengembangkan AI-native security framework yang menggabungkan kemampuan computer vision, fraud detection engine, serta analisis perangkat untuk mendeteksi serangan kompleks seperti injection attack dan virtual camera spoofing.
VIDA juga mengembangkan AI-native security framework yang menggabungkan kemampuan computer vision, fraud detection engine, serta analisis perangkat untuk mendeteksi serangan kompleks seperti injection attack dan virtual camera spoofing.
“Kami tidak hanya menganalisis foto, tapi juga memahami bagaimana serangan terjadi dari perangkat, aplikasi, hingga jaringan. Karena penipuan di lapangan sering kali menggunakan reverse engineering tools dan virtual camera injection untuk menipu sistem biometrik,” ujar Niki.
Menurut laporan VIDA Fraud Intelligence Report 2025, kasus deepfake fraud di Asia Pasifik meningkat hingga 1.550%, sementara 97% bisnis di Indonesia menjadi target serangan social engineering.
Menurut laporan VIDA Fraud Intelligence Report 2025, kasus deepfake fraud di Asia Pasifik meningkat hingga 1.550%, sementara 97% bisnis di Indonesia menjadi target serangan social engineering.
Selama 2022–2024, kerugian di sektor perbankan akibat penipuan digital diperkirakan mencapai lebih dari Rp2,5 triliun, sebagian besar disebabkan oleh lemahnya sistem autentikasi konvensional seperti SMS OTP dan kata sandi.
Niki menekankan bahwa memperkuat ketahanan digital nasional membutuhkan kolaborasi lintas sektor antara perbankan, fintech, asosiasi, dan penyedia layanan keamanan digital. “Kita di sisi industri harus berkolaborasi dengan kekuatan yang setara untuk menjaga ekosistem digital Indonesia tetap tangguh dan tepercaya,” ujarnya.
Ia menutup sesi dengan menegaskan bahwa kehadiran VIDA di FEKDI–IFSE 2025 bukan sekadar untuk memperkenalkan teknologi baru, tetapi juga memperkuat komitmen terhadap masa depan ekonomi digital yang aman.
Niki menekankan bahwa memperkuat ketahanan digital nasional membutuhkan kolaborasi lintas sektor antara perbankan, fintech, asosiasi, dan penyedia layanan keamanan digital. “Kita di sisi industri harus berkolaborasi dengan kekuatan yang setara untuk menjaga ekosistem digital Indonesia tetap tangguh dan tepercaya,” ujarnya.
Ia menutup sesi dengan menegaskan bahwa kehadiran VIDA di FEKDI–IFSE 2025 bukan sekadar untuk memperkenalkan teknologi baru, tetapi juga memperkuat komitmen terhadap masa depan ekonomi digital yang aman.
“Proses autentikasi seharusnya mudah, tapi sekuat enkripsi. Dengan FaceToken dan PhoneToken, kami ingin keamanan digital terasa sederhana bagi pengguna, namun tetap tak bisa ditembus oleh penipu,” pungkas Niki.(*/Red)

.jpeg)
