MEMPAWAH, KP – Suasana hangat namun penuh keseriusan menyelimuti Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, ketika para pemangku kepentingan dari berbagai sektor berkumpul dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) bertajuk Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove (PPEM). Forum yang digelar pada Jumat pagi ini menjadi ajang strategis untuk memperkuat komitmen nasional dalam menjaga ekosistem mangrove, benteng alami yang kian vital di tengah ancaman perubahan iklim dan abrasi pantai.
Inisiatif ini digagas oleh PT Antam Tbk bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH), menghadirkan jajaran pejabat tinggi negara dan tokoh daerah. Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si., Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH Dr. Hanif Faisol Nurofiq, S.Hut., M.P., Gubernur Kalimantan Barat H. Ria Norsan, para bupati dan wali kota se-Kalimantan Barat, General Manager PT Pelindo Persero, manajemen PT Antam, serta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah turut menghadiri pertemuan penting ini.
Dalam sambutannya, Menteri Lingkungan Hidup menegaskan bahwa ekosistem mangrove bukan sekadar bentang alam yang indah, melainkan penopang kehidupan bagi masyarakat pesisir dan penyerap karbon yang sangat besar. “Ekosistem mangrove adalah salah satu penyerap karbon terbesar dan menjadi penopang kehidupan masyarakat pesisir. Upaya perlindungan dan pengelolaannya harus dilakukan secara berkelanjutan dan terpadu,” ujar Dr. Hanif Faisol, menekankan perlunya kolaborasi erat antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
Dukungan nyata terhadap komitmen ini datang dari PT Pelindo Persero yang melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungannya mengusung inisiatif Carbon Village Pelindo atau Pelindo Lestari. Departement Head Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pelindo, Fabrianto Zenny Sulistyo Hari Murti, mengungkapkan bahwa program tersebut telah mencakup penanaman mangrove seluas 835 hektar dan pengelolaan 64,6 ton sampah plastik. Dampak dari langkah ini dinilai signifikan, setara dengan penyelamatan lingkungan seluas 51.492 hektar, sekaligus membuka jalan bagi pengembangan inisiatif berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).
General Manager PT Pelindo Regional 2 Pontianak, Yanto, turut memaparkan capaian rehabilitasi mangrove yang dijalankan sejak 2021. Luas rehabilitasi mangrove menunjukkan tren positif dengan total 834,65 hektar hingga 2024, tersebar di Banten, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Tahun ini, hingga Agustus 2025, tambahan 134,5 hektar telah direhabilitasi, memperkuat konsistensi Pelindo dalam agenda pelestarian.
Komitmen itu juga tercermin dari program penanaman pohon yang setiap tahunnya terus berjalan, dengan jumlah bibit yang mencapai ratusan ribu di puncak pelaksanaannya. Bagi Pelindo, setiap bibit yang ditanam adalah investasi jangka panjang bagi keberlanjutan lingkungan dan kehidupan masyarakat pesisir.
Rakornas PPEM di Mempawah ini pun menjadi lebih dari sekadar rapat koordinasi. Ia menjelma menjadi tonggak penting sinergi nasional, di mana suara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat berpadu untuk melestarikan mangrove sebagai warisan alam yang strategis bagi masa depan Indonesia. Dengan semangat gotong royong, upaya kolektif ini diharapkan mampu mengembalikan kejayaan ekosistem pesisir sekaligus memperkuat ketahanan bangsa menghadapi tantangan perubahan iklim.(*/Red)
Dalam sambutannya, Menteri Lingkungan Hidup menegaskan bahwa ekosistem mangrove bukan sekadar bentang alam yang indah, melainkan penopang kehidupan bagi masyarakat pesisir dan penyerap karbon yang sangat besar. “Ekosistem mangrove adalah salah satu penyerap karbon terbesar dan menjadi penopang kehidupan masyarakat pesisir. Upaya perlindungan dan pengelolaannya harus dilakukan secara berkelanjutan dan terpadu,” ujar Dr. Hanif Faisol, menekankan perlunya kolaborasi erat antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
Dukungan nyata terhadap komitmen ini datang dari PT Pelindo Persero yang melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungannya mengusung inisiatif Carbon Village Pelindo atau Pelindo Lestari. Departement Head Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pelindo, Fabrianto Zenny Sulistyo Hari Murti, mengungkapkan bahwa program tersebut telah mencakup penanaman mangrove seluas 835 hektar dan pengelolaan 64,6 ton sampah plastik. Dampak dari langkah ini dinilai signifikan, setara dengan penyelamatan lingkungan seluas 51.492 hektar, sekaligus membuka jalan bagi pengembangan inisiatif berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).
General Manager PT Pelindo Regional 2 Pontianak, Yanto, turut memaparkan capaian rehabilitasi mangrove yang dijalankan sejak 2021. Luas rehabilitasi mangrove menunjukkan tren positif dengan total 834,65 hektar hingga 2024, tersebar di Banten, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Tahun ini, hingga Agustus 2025, tambahan 134,5 hektar telah direhabilitasi, memperkuat konsistensi Pelindo dalam agenda pelestarian.
Komitmen itu juga tercermin dari program penanaman pohon yang setiap tahunnya terus berjalan, dengan jumlah bibit yang mencapai ratusan ribu di puncak pelaksanaannya. Bagi Pelindo, setiap bibit yang ditanam adalah investasi jangka panjang bagi keberlanjutan lingkungan dan kehidupan masyarakat pesisir.
Rakornas PPEM di Mempawah ini pun menjadi lebih dari sekadar rapat koordinasi. Ia menjelma menjadi tonggak penting sinergi nasional, di mana suara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat berpadu untuk melestarikan mangrove sebagai warisan alam yang strategis bagi masa depan Indonesia. Dengan semangat gotong royong, upaya kolektif ini diharapkan mampu mengembalikan kejayaan ekosistem pesisir sekaligus memperkuat ketahanan bangsa menghadapi tantangan perubahan iklim.(*/Red)