PONTIANAK, KP – Dalam upaya memperkuat literasi digital dan pemahaman teknologi di kalangan tenaga pendidik, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Wilayah Pontianak resmi menggelar pelatihan bertajuk Kelas Kecerdasan Artifisial – AI Goes To School bagi guru-guru dari berbagai jenjang pendidikan se-Kalimantan Barat. Kegiatan ini menjadi bagian dari program nasional MAFINDO yang menargetkan pendampingan kepada 10.000 guru di 40 kota selama 18 bulan.
Didukung oleh mitra strategis seperti Google.org, AVPN, dan Asian Development Bank (ADB), program ini mengusung misi besar: memastikan para pendidik tidak hanya melek teknologi, tetapi juga mampu menggunakan kecerdasan artifisial (AI) secara etis dan bertanggung jawab di ruang-ruang kelas mereka.
Sebanyak 130 tenaga pengajar mengikuti sesi pelatihan yang berlangsung intensif, dengan materi yang mencakup pemahaman dasar AI, etika penggunaan AI, manajemen prompt, serta pemanfaatan teknologi AI untuk pembelajaran kreatif, pengelolaan kelas, hingga administrasi sekolah. Kelas ini juga memperkenalkan platform Learning Management System (LMS) yang memungkinkan guru mengakses materi secara fleksibel dan berkelanjutan.
Dua trainer berpengalaman di bidang AI dan literasi digital, Syahri Ramadhan dan Yoki Firmansyah, tampil sebagai narasumber utama. Dalam pemaparannya, Syahri menyoroti pentingnya memahami prinsip-prinsip etika dalam pemanfaatan teknologi.
“AI bukan hanya tentang teknologi yang memudahkan pekerjaan, tapi juga soal tanggung jawab moral. Guru harus menjadi contoh bagaimana teknologi digunakan secara etis dan manusiawi,” tegas Syahri, yang juga dikenal sebagai pendidik dan penggiat literasi digital.
Ia menjelaskan tujuh prinsip utama dalam etika penggunaan AI: keadilan, transparansi, akuntabilitas, keamanan data, inklusivitas, kejelasan tujuan, dan keberlanjutan. Syahri juga menyoroti risiko yang mungkin muncul, seperti pelanggaran privasi data siswa, ketergantungan terhadap teknologi, dan kurangnya pemahaman kritis terhadap hasil kerja AI.
Pelatihan ini tidak hanya menitikberatkan pada teori, tetapi juga pada praktik konkret. Peserta diajak mendiskusikan berbagai skenario penggunaan AI dalam kegiatan belajar mengajar, seperti membuat soal otomatis, koreksi jawaban, hingga merancang materi pembelajaran berbasis AI generatif. Diskusi ini membantu peserta memahami dampak sosial dan psikologis dari penggunaan AI, sekaligus mencari cara untuk menyeimbangkannya dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Sementara itu, Yoki Firmansyah—Dosen Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Pontianak dan relawan MAFINDO—menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya menyeluruh MAFINDO dalam memperkuat peran guru sebagai agen literasi digital.
“Kami berharap para peserta dapat menjadi duta literasi digital di lingkungan sekolah dan komunitasnya. Guru memiliki peran vital dalam membimbing generasi muda agar mampu menghadapi tantangan era digital secara cerdas dan kritis,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata komitmen MAFINDO dalam mendorong penggunaan teknologi secara bijak, serta memberdayakan para pendidik agar tidak tertinggal di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi. (*/Red)