PONTIANAK, KP – Di tengah tantangan krisis lingkungan dan meningkatnya kebutuhan akses digital di berbagai lapisan masyarakat, Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) kembali menunjukkan komitmen kuatnya terhadap pembangunan berkelanjutan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) bertajuk “Sampah Jadi Pulsa”. Program ini menjadi bukti bahwa kepedulian terhadap lingkungan dan transformasi digital bukanlah dua hal yang saling bertentangan, melainkan dapat berjalan beriringan untuk menghadirkan manfaat yang nyata dan inklusif.
Diluncurkan sebagai inisiatif untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah sekaligus membuka akses terhadap teknologi, “Sampah Jadi Pulsa” menjadi sebuah gerakan partisipatif yang mengajak publik untuk menukarkan sampah non-organik, terutama sampah plastik, menjadi pulsa telepon seluler. Tidak hanya sebagai aksi simbolik, program ini menyasar perubahan perilaku kolektif masyarakat dalam memilah sampah serta meningkatkan kesadaran bahwa limbah rumah tangga pun memiliki nilai ekonomi bila dikelola dengan benar. '
Dalam implementasinya, Indosat menggandeng berbagai mitra lokal seperti bank sampah, komunitas lingkungan, sekolah, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) di berbagai daerah. Warga cukup mengumpulkan sampah anorganik seperti botol plastik, kemasan makanan, atau barang-barang bekas lainnya, kemudian menukarkannya di lokasi-lokasi penukaran yang telah ditentukan. Setelah sampah ditimbang dan dihitung nilainya, warga akan menerima pulsa atau kuota internet senilai sampah yang mereka setor. Skema ini tidak hanya memberi insentif nyata bagi masyarakat, tetapi juga mengurangi beban TPA dan mendorong ekosistem ekonomi sirkular berbasis komunitas.
Seiring waktu, program “Sampah Jadi Pulsa” terus berkembang dari uji coba awal di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, hingga menjangkau wilayah pelosok dan kawasan 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Perkembangan ini berkat kolaborasi Indosat dengan pihak-pihak strategis seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dinas Kebersihan Daerah, hingga startup pengelola sampah digital yang membantu memperkuat sistem distribusi dan verifikasi.
Salah satu pencapaian signifikan dari program ini adalah penurunan jumlah sampah plastik yang masuk ke lingkungan secara langsung. Menurut data internal Indosat hingga pertengahan 2025, lebih dari 600 ton sampah berhasil dikumpulkan dari lebih 100 titik pengumpulan di berbagai kota. Sebagai hasilnya, ribuan warga memperoleh pulsa dan kuota internet, yang dalam banyak kasus digunakan untuk kebutuhan pendidikan daring, akses informasi kesehatan, hingga menjalankan usaha mikro secara digital.
Di wilayah Kalimantan Barat, program ini telah menggandeng beberapa sekolah dan komunitas pemuda, termasuk kolaborasi dengan bank sampah binaan yang memberdayakan ibu-ibu rumah tangga. Tak hanya sekadar pengumpulan sampah, para peserta juga mendapatkan edukasi tentang pentingnya pengurangan konsumsi plastik, daur ulang, dan pemanfaatan teknologi untuk kegiatan produktif. Kegiatan semacam ini menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap lingkungan sekaligus mempercepat inklusi digital, sebuah hal yang menjadi visi utama Indosat sebagai penyedia layanan telekomunikasi berbasis keberlanjutan.
Keunikan program “Sampah Jadi Pulsa” juga terlihat dari aspek teknologi yang terintegrasi. Indosat telah menghadirkan aplikasi khusus untuk membantu pengguna melacak kontribusi mereka terhadap lingkungan. Aplikasi ini tidak hanya mencatat jumlah sampah yang berhasil disetor, tetapi juga menginformasikan berapa banyak pulsa yang telah diperoleh dan estimasi dampak karbon yang berhasil ditekan. Dengan memanfaatkan teknologi digital, Indosat ingin membangun jembatan antara gaya hidup ramah lingkungan dan kecanggihan teknologi informasi.
Lebih dari sekadar program CSR, “Sampah Jadi Pulsa” kini telah menjelma menjadi gerakan sosial yang menginspirasi. Sejumlah komunitas bahkan mulai menggagas inisiatif serupa secara mandiri, menjadikan program ini sebagai model kolaborasi lintas sektor antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat sipil. Dalam konteks yang lebih luas, inisiatif ini juga selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada poin 11 (Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan), poin 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), dan poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim).
Di balik kesuksesan ini, tidak bisa dipungkiri bahwa tantangan tetap ada. Salah satunya adalah konsistensi masyarakat dalam memilah dan mengumpulkan sampah, serta ketersediaan infrastruktur penukaran yang memadai di daerah-daerah terpencil. Namun, melalui pendekatan edukatif dan inovatif yang berkelanjutan, Indosat terus menyempurnakan program ini agar tetap relevan dan berdampak luas. Selain itu, keterlibatan generasi muda juga menjadi fokus penting, sebab merekalah yang akan menjadi agen perubahan masa depan dalam membangun ekosistem digital yang bersih dan bertanggung jawab.
Ke depan, Indosat berencana memperluas cakupan program ini dengan menyasar lebih banyak kota dan desa, serta mengembangkan fitur tambahan pada aplikasi digital mereka untuk memperkuat transparansi, akuntabilitas, dan keterlibatan publik. Bahkan, ada rencana untuk memperluas bentuk reward dari pulsa menjadi bentuk lain seperti token listrik, donasi pendidikan, atau subsidi belanja digital, seiring dengan meningkatnya partisipasi masyarakat.
Melalui “Sampah Jadi Pulsa”, Indosat sekali lagi membuktikan bahwa kepedulian terhadap lingkungan dan inklusi digital dapat disatukan dalam satu langkah progresif. Program ini bukan hanya solusi inovatif atas dua masalah besar krisis sampah dan kesenjangan akses digital tetapi juga gambaran masa depan di mana teknologi tidak hanya canggih, tetapi juga peduli.
Dengan semangat kolaborasi dan keberlanjutan, Sampah Jadi Pulsa menjadi teladan bagaimana perusahaan dapat mengambil peran strategis sebagai motor perubahan sosial, sambil tetap menjalankan bisnis secara bertanggung jawab. Di tengah dunia yang semakin terdigitalisasi, inisiatif seperti inilah yang membuat teknologi menjadi lebih manusiawi dan berdampak langsung bagi bumi yang kita tinggali bersama.(Rif)
Seiring waktu, program “Sampah Jadi Pulsa” terus berkembang dari uji coba awal di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, hingga menjangkau wilayah pelosok dan kawasan 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Perkembangan ini berkat kolaborasi Indosat dengan pihak-pihak strategis seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dinas Kebersihan Daerah, hingga startup pengelola sampah digital yang membantu memperkuat sistem distribusi dan verifikasi.
Salah satu pencapaian signifikan dari program ini adalah penurunan jumlah sampah plastik yang masuk ke lingkungan secara langsung. Menurut data internal Indosat hingga pertengahan 2025, lebih dari 600 ton sampah berhasil dikumpulkan dari lebih 100 titik pengumpulan di berbagai kota. Sebagai hasilnya, ribuan warga memperoleh pulsa dan kuota internet, yang dalam banyak kasus digunakan untuk kebutuhan pendidikan daring, akses informasi kesehatan, hingga menjalankan usaha mikro secara digital.
Di wilayah Kalimantan Barat, program ini telah menggandeng beberapa sekolah dan komunitas pemuda, termasuk kolaborasi dengan bank sampah binaan yang memberdayakan ibu-ibu rumah tangga. Tak hanya sekadar pengumpulan sampah, para peserta juga mendapatkan edukasi tentang pentingnya pengurangan konsumsi plastik, daur ulang, dan pemanfaatan teknologi untuk kegiatan produktif. Kegiatan semacam ini menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap lingkungan sekaligus mempercepat inklusi digital, sebuah hal yang menjadi visi utama Indosat sebagai penyedia layanan telekomunikasi berbasis keberlanjutan.
Keunikan program “Sampah Jadi Pulsa” juga terlihat dari aspek teknologi yang terintegrasi. Indosat telah menghadirkan aplikasi khusus untuk membantu pengguna melacak kontribusi mereka terhadap lingkungan. Aplikasi ini tidak hanya mencatat jumlah sampah yang berhasil disetor, tetapi juga menginformasikan berapa banyak pulsa yang telah diperoleh dan estimasi dampak karbon yang berhasil ditekan. Dengan memanfaatkan teknologi digital, Indosat ingin membangun jembatan antara gaya hidup ramah lingkungan dan kecanggihan teknologi informasi.
Lebih dari sekadar program CSR, “Sampah Jadi Pulsa” kini telah menjelma menjadi gerakan sosial yang menginspirasi. Sejumlah komunitas bahkan mulai menggagas inisiatif serupa secara mandiri, menjadikan program ini sebagai model kolaborasi lintas sektor antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat sipil. Dalam konteks yang lebih luas, inisiatif ini juga selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada poin 11 (Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan), poin 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), dan poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim).
Di balik kesuksesan ini, tidak bisa dipungkiri bahwa tantangan tetap ada. Salah satunya adalah konsistensi masyarakat dalam memilah dan mengumpulkan sampah, serta ketersediaan infrastruktur penukaran yang memadai di daerah-daerah terpencil. Namun, melalui pendekatan edukatif dan inovatif yang berkelanjutan, Indosat terus menyempurnakan program ini agar tetap relevan dan berdampak luas. Selain itu, keterlibatan generasi muda juga menjadi fokus penting, sebab merekalah yang akan menjadi agen perubahan masa depan dalam membangun ekosistem digital yang bersih dan bertanggung jawab.
Ke depan, Indosat berencana memperluas cakupan program ini dengan menyasar lebih banyak kota dan desa, serta mengembangkan fitur tambahan pada aplikasi digital mereka untuk memperkuat transparansi, akuntabilitas, dan keterlibatan publik. Bahkan, ada rencana untuk memperluas bentuk reward dari pulsa menjadi bentuk lain seperti token listrik, donasi pendidikan, atau subsidi belanja digital, seiring dengan meningkatnya partisipasi masyarakat.
Melalui “Sampah Jadi Pulsa”, Indosat sekali lagi membuktikan bahwa kepedulian terhadap lingkungan dan inklusi digital dapat disatukan dalam satu langkah progresif. Program ini bukan hanya solusi inovatif atas dua masalah besar krisis sampah dan kesenjangan akses digital tetapi juga gambaran masa depan di mana teknologi tidak hanya canggih, tetapi juga peduli.
Dengan semangat kolaborasi dan keberlanjutan, Sampah Jadi Pulsa menjadi teladan bagaimana perusahaan dapat mengambil peran strategis sebagai motor perubahan sosial, sambil tetap menjalankan bisnis secara bertanggung jawab. Di tengah dunia yang semakin terdigitalisasi, inisiatif seperti inilah yang membuat teknologi menjadi lebih manusiawi dan berdampak langsung bagi bumi yang kita tinggali bersama.(Rif)