MEMPAWAH, KP — Semangat melestarikan warisan budaya Islam Nusantara tampak nyata dalam kegiatan Workshop Literasi Arab Melayu yang digelar oleh mahasiswa Program Magister Pendidikan Agama Islam Pascasarjana IAIN Pontianak. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Karya Ilmiah (PKM-KI) yang digelar di Madrasah Aliyah Al-Mansyuri, Kabupaten Mempawah, pada Jumat (13/6).
Workshop ini mengangkat tema "Literasi Arab Melayu bagi Peserta Didik di Situs Manuskrip Islam Mempawah", dan diikuti oleh seluruh siswa kelas X hingga XII. Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari pihak madrasah dan komite sekolah, serta dihadiri oleh Ketua Komite Madrasah dan para tenaga pengajar.
Acara dibuka secara resmi oleh Kepala MA Al-Mansyuri, Muhammad Yani, S.Pd.I., yang juga merupakan alumni IAIN Pontianak angkatan awal 2000-an saat institusi tersebut masih bernama STAIN Pontianak. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan yang dinilai sangat bermanfaat untuk membuka wawasan budaya dan sejarah lokal kepada para siswa.
"Ini adalah kali pertama kami menerima kunjungan akademik dari Pascasarjana IAIN Pontianak. Saya harap kegiatan seperti ini tidak berhenti sampai di sini dan dapat berlanjut di masa mendatang," ujarnya. Ia juga berpesan agar para siswa mengikuti workshop dengan serius, mengingat pentingnya pelestarian aksara Arab Melayu sebagai bagian dari identitas budaya Islam di Kalimantan Barat.
Dukungan juga datang dari Ketua Komite Madrasah, Hasan, yang berharap kegiatan ini menjadi langkah awal terbentuknya komunitas literasi Arab Melayu di lingkungan madrasah. Ia menekankan perlunya peran generasi muda dalam merawat dan mempromosikan kekayaan intelektual Islam lokal.
Sebagai narasumber utama, Dr. Erwin, M.Ag., yang juga dosen pembimbing dalam program ini, menyampaikan materi bertajuk "Pengenalan dan Sejarah Arab Melayu dari Abad ke-16 hingga Abad ke-20". Ia mengajak peserta untuk menelusuri jejak Arab Melayu dalam manuskrip ulama terdahulu, surat-surat kesultanan, inskripsi pada makam tua, hingga arsitektur masjid di wilayah Mempawah.
“Arab Melayu bukan sekadar aksara, tapi jembatan peradaban yang menyambungkan nilai-nilai Islam, budaya lokal, dan tradisi keilmuan,” jelas Dr. Erwin dalam paparannya.
Sesi kedua diisi oleh Maulidah Rahmah, mahasiswa Pascasarjana yang menyampaikan materi tentang Praktik Baca Tulis Arab Melayu. Dengan pendekatan interaktif, sesi ini mengajak peserta langsung mempraktikkan apa yang dipelajari—mulai dari mengenali huruf hingga menyalin naskah sederhana dalam aksara Arab Melayu.
Para siswa terlihat antusias dan terlibat aktif dalam setiap sesi. Meskipun Arab Melayu bukan bagian dari kurikulum formal yang mereka pelajari sehari-hari, semangat untuk memahami warisan budaya Islam lokal begitu terasa. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi, membuktikan efektivitas metode penyampaian dan ketertarikan mereka terhadap topik yang diangkat.
Sebagai bentuk apresiasi atas dukungan dan kerja sama, kegiatan ditutup dengan penyerahan cinderamata dari mahasiswa Pascasarjana IAIN Pontianak kepada pihak madrasah.
Melalui workshop ini, diharapkan benih-benih kesadaran budaya akan terus tumbuh di kalangan generasi muda. Arab Melayu sebagai bagian dari khazanah intelektual Islam Nusantara diharapkan tidak hanya menjadi bahan sejarah, melainkan hidup kembali dalam praktik pembelajaran dan kehidupan masyarakat. (*/Red)