PONTIANAK, KP – Dukungan terhadap rencana pengoperasian Terminal Kijing terus mengalir dari para pelaku usaha logistik di Kalimantan Barat. Terminal yang akan mulai difungsikan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo pada 15 Juni 2025 untuk aktivitas bongkar muat peti kemas ini dinilai sebagai solusi jangka panjang atas berbagai keterbatasan Pelabuhan Dwikora yang selama ini menjadi tumpuan utama kegiatan pelabuhan di Kota Pontianak.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Indonesia National Shipowners Association (INSA) Pontianak, Tju Fo Phin, menilai kehadiran Terminal Kijing merupakan langkah maju dalam memperkuat infrastruktur logistik di Kalbar. Ia menyoroti persoalan sedimentasi di alur sungai Kapuas yang selama ini menjadi kendala utama operasional Pelabuhan Dwikora.
“Kapal kandas karena kedalaman alur dan kolam pelabuhan di sungai Kapuas sekarang menjadi hal biasa, bukan hal yang luar biasa lagi,” ujarnya, Rabu (28/5).
Menurut Tju, permasalahan sedimentasi ini akan terus terjadi selama pelabuhan bergantung pada alur sungai. Kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada keselamatan pelayaran, tetapi juga memperlambat arus logistik yang menjadi urat nadi perekonomian wilayah. Ia berharap Terminal Kijing dapat memberikan kepastian operasional bagi kapal-kapal yang membawa muatan lebih besar.
“Kami menyadari ke depan ukuran kapal dan muatan juga akan semakin besar. Pelabuhan Dwikora pasti lama-lama tidak bisa lagi menampung kebutuhan tersebut dengan keterbatasan alur dan kolam pelabuhan,” tambahnya.
Dukungan serupa juga disampaikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Kalimantan Barat, Dharmayadi. Ia menegaskan bahwa pengoperasian Terminal Kijing harus disertai kesiapan dari sisi peralatan dan sumber daya manusia (SDM) agar tidak menimbulkan hambatan operasional di kemudian hari.
“Kami asosiasi sangat mendukung. Secara bertahap nanti juga ekosistem akan menuju ke sana. Pelindo kiranya dapat segera menyiapkan fasilitas dan alat yang sesuai untuk kegiatan peti kemas,” ungkapnya.
Menanggapi dukungan dari asosiasi pelaku logistik, General Manager Pelindo Pelabuhan Pontianak Kalbar, Yanto, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan sejumlah alat untuk menunjang tahap awal operasional terminal. Dua unit harbour mobile crane (HMC) akan digunakan di dermaga untuk aktivitas bongkar muat, sementara reach stacker (RS) dan truk juga telah disiapkan untuk penanganan peti kemas di lapangan.
“Secara bertahap di tahun 2026 nanti kami juga akan mendatangkan quay container crane dan rubber tyred gantry (RTG) untuk meningkatkan efisiensi operasional di dermaga dan lapangan penumpukan,” jelas Yanto.
Dengan kesiapan tersebut, Pelindo berharap Terminal Kijing tidak hanya menjadi solusi atas keterbatasan Pelabuhan Dwikora, tetapi juga mendorong pertumbuhan logistik dan ekonomi di Kalimantan Barat secara menyeluruh.(*/Red)