PONTIANAK, KP – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Barat merilis laporan sejumlah indikator strategis terkini pada 8 April 2025 yang mencerminkan dinamika ekonomi dan sosial di wilayah ini. Data mencakup perkembangan inflasi, nilai tukar petani, perdagangan luar negeri, pariwisata, hingga transportasi.
Pada Maret 2025, inflasi year-on-year (y-on-y) di Kalimantan Barat tercatat sebesar 0,94 persen. Meskipun terjadi kenaikan harga secara umum, angka ini menunjukkan inflasi masih dalam kondisi terkendali. Kabupaten Ketapang mencatat inflasi tertinggi di provinsi ini dengan angka mencapai 1,74 persen.
Di sektor pertanian, kabar positif datang dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Barat yang naik 1,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi 171,60 poin. Tak hanya itu, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) juga mengalami kenaikan sebesar 1,86 persen dan kini berada di angka 176,28 poin. Kenaikan ini menjadi sinyal bahwa daya beli dan kesejahteraan petani mengalami perbaikan.
Sementara itu, sektor perdagangan internasional mengalami fluktuasi. Nilai ekspor Kalimantan Barat pada Februari 2025 tercatat sebesar US$167,89 juta, menurun 13,72 persen dibandingkan Januari 2025. Sebaliknya, impor justru mengalami peningkatan sebesar 11,75 persen, dengan nilai mencapai US$33,85 juta. Meskipun demikian, neraca perdagangan tetap surplus sebesar US$134,04 juta, meskipun turun 18,42 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Surplus ini tetap menjadi indikator positif bagi stabilitas ekonomi regional meski perlu diwaspadai tren penurunan ekspor.
Dari sisi pariwisata, geliat positif mulai tampak. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang di Kalimantan Barat pada Februari 2025 meningkat menjadi 48,60 persen, naik 2,38 poin dibandingkan Januari 2025. Peningkatan ini menunjukkan optimisme terhadap pemulihan sektor pariwisata yang sebelumnya tertekan akibat berbagai tantangan ekonomi global dan lokal.
Adapun dalam sektor transportasi, data menunjukkan adanya penurunan jumlah penumpang angkutan udara dalam negeri yang datang ke Kalbar. Pada Februari 2025 tercatat sebanyak 98.638 orang, atau turun 20,61 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, sebaliknya, jumlah penumpang angkutan laut dalam negeri justru meningkat sebesar 7,28 persen, menjadi 6.546 orang. Data ini mengindikasikan adanya pergeseran pola mobilitas masyarakat, kemungkinan akibat faktor harga maupun preferensi jalur transportasi.
Muh Saichudin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Barat, menjelaskan bahwa data yang dirilis kali ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perumusan kebijakan publik.
“Kami terus berkomitmen menyediakan data yang akurat dan terkini untuk mendukung pengambilan keputusan, baik di level pemerintah daerah maupun oleh pelaku usaha. Dengan memahami dinamika sektor-sektor utama seperti inflasi, perdagangan, pertanian, pariwisata, dan transportasi, maka arah pembangunan daerah dapat lebih tepat sasaran,” ujarnya.
Laporan komprehensif ini menjadi bahan penting bagi para pemangku kepentingan dalam menyusun kebijakan dan program kerja, serta memberikan gambaran nyata tentang kondisi sosial-ekonomi Kalimantan Barat menjelang pertengahan tahun 2025.(*/Red)