JAKARTA, KP - Menjelang Hari Raya Idulfitri, Tunjangan Hari Raya (THR) menjadi salah satu hal yang paling dinantikan oleh para pekerja. Dana tambahan ini biasanya digunakan untuk berbagai kebutuhan, seperti membeli pakaian baru, membayar zakat, hingga berbagi rezeki dengan keluarga dan kerabat. Namun, tanpa pengelolaan yang baik, THR bisa cepat habis tanpa manfaat jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk mengatur keuangan THR dengan bijak agar tetap terkendali dan memberikan dampak positif setelah Lebaran.
Menurut Danu Febrianto, Direktur Eksekutif Keuangan LPS, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan agar THR tidak hanya menjadi dana yang cepat habis, tetapi juga memberikan manfaat bagi kestabilan finansial di masa depan. Ia menyarankan agar penerima THR memisahkan dana ini dari gaji bulanan. "Kesalahan umum yang sering terjadi adalah mencampurkan THR dengan gaji, sehingga sulit untuk mengalokasikannya secara efektif. Dengan memisahkannya, kita bisa lebih mudah mengatur prioritas penggunaan," ujarnya.
Setelah dipisahkan, langkah berikutnya adalah memprioritaskan kebutuhan utama. THR sebaiknya digunakan terlebih dahulu untuk melunasi utang, menunaikan kewajiban zakat, serta memenuhi kebutuhan Lebaran yang esensial seperti makanan dan transportasi mudik. "Mengutamakan kebutuhan pokok adalah langkah penting agar setelah Lebaran kita tidak menghadapi tekanan finansial," tambahnya.
Selain itu, Danu Febrianto juga menekankan pentingnya membuat anggaran keuangan yang jelas. Tanpa perencanaan, pengeluaran bisa menjadi tidak terkendali, terutama di tengah banyaknya promo dan diskon menjelang Lebaran. Dengan menentukan batas pengeluaran untuk berbagi THR dengan keluarga, belanja perlengkapan Lebaran, serta menabung, seseorang bisa menghindari pemborosan. "Disiplin dalam mengikuti anggaran yang telah dibuat akan membantu kita tetap dalam jalur keuangan yang sehat," katanya.
Salah satu tantangan terbesar dalam mengelola THR adalah godaan untuk berbelanja tanpa perhitungan. Promo besar-besaran dari berbagai toko sering kali membuat orang tergoda membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Oleh karena itu, Danu Febrianto menyarankan agar masyarakat lebih selektif dalam berbelanja dan memanfaatkan promo secara bijak. "Belanja sesuai kebutuhan, bukan sekadar keinginan, adalah kunci agar THR tidak habis dalam waktu singkat," tegasnya.
Selain pengeluaran untuk kebutuhan Lebaran, ia juga menganjurkan agar sebagian THR dialokasikan untuk tabungan dan investasi. Idealnya, 20-30% dari dana THR disisihkan untuk masa depan, baik dalam bentuk tabungan konvensional maupun investasi seperti emas atau reksa dana. "Menabung dan berinvestasi dengan THR adalah keputusan cerdas yang bisa memberikan manfaat jangka panjang," katanya.
Selain menabung, ia juga mengingatkan pentingnya memiliki dana darurat agar keuangan tetap stabil setelah Lebaran. Banyak orang yang menghabiskan seluruh THR tanpa menyisakan dana cadangan, padahal kondisi darurat bisa terjadi kapan saja. "Menyiapkan dana darurat memberikan perlindungan finansial dan mencegah kita dari keterpurukan setelah Lebaran," jelasnya.
Terakhir, Danu Febrianto mengingatkan agar masyarakat tidak terjebak dalam gengsi dan tuntutan sosial saat merayakan Lebaran. "Lebaran adalah momen kebersamaan, bukan ajang untuk menunjukkan kemewahan. Merayakan dengan sederhana tetapi penuh makna akan lebih baik dibandingkan harus mengorbankan kestabilan finansial demi gengsi," tutupnya.
Dengan perencanaan yang matang dan kebiasaan mengelola keuangan secara bijak, THR tidak hanya menjadi dana tambahan yang cepat habis, tetapi juga bisa memberikan manfaat jangka panjang. Jangan biarkan THR hanya sekadar numpang lewat. Kelola dengan cerdas agar keuangan tetap sehat, baik saat Lebaran maupun setelahnya. (*/Red)